Genetika Populasi
GENETIKA POPULASI
Pengertian
Genetika adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat-sifat induk kepada
turunannya.
Genetika populasi disebut juga populasi mendelian. Populasi mendelian
ialah sekelompok individu suatu spesies yang bereproduksi secara
seksual, hidup di tempat tertentu pada saat yang sama, dan di antara
mereka terjadi perkawinan (interbreeding) sehingga masing-masing akan
memberikan kontribusi genetik ke dalam lengkang gen (gene pool), yaitu
sekumpulan informasi genetik yang dibawa oleh semua individu di dalam
populasi.
Deskripsi susunan genetik suatu populasi mendelian dapat diperoleh
apabila kita mengetahui macam genotipe yang ada dan juga banyaknya
masing-masing genotipe tersebut. Sebagai contoh, di dalam populasi
tertentu terdapat tiga macam genotipe, yaitu AA, Aa, dan aa. Maka,
proporsi atau persentase genotipe AA, Aa, dan aa akan menggambarkan
susunan genetik populasi tempat mereka berada. Adapun nilai proporsi
atau persentase genotipe tersebut dikenal dengan istilah frekuensi
genotipe.
Contoh: jika banyaknya genotipe AA, Aa, dan aa masing-masing 30, 50, dan
20 individu, maka frekuensi genotipe AA = 0,30 (30%), Aa = 0,50
(50%), dan aa = 0,20 (20%).
Misalkan frekuensi alel A di umpamakan p dan frekuensi alel a
diumpamakan q, maka kemunkinan kombinasi spermatozoa dan sel telur pada
perkawinan individu heterozigotik Aa * Aa ialah sebagai berikut:
Ovum spermatozoa
A(p) a(q)
A(p) AA(p2) Aa(pq)
a(q) Aa(pq) aa(q2)
Jumlah = p2 (AA)+ 2pq (Aa) + q2 (qq).
Untuk mencari frekuensi dari dua alel didalam suatu populasi digunakan
hukum Hardy-Weinberg yang bentuknya:
p2 (AA)+ 2pq (Aa) + q2 (qq)
(p + q)2= 1
(p + q) = 1: p = 1- q
Menghitung frekuensi gen
Menghitung frekuensi gen dominan
Contoh
Dari 1000 jumlah penduduk timor-timur yang diperiksa golangan darahnya
berdasarkan sistem MN didapatkan misalnya 640 orang golongan M, 320 MN
dan 40 orang N. Berapakah frekuensi alel LM dan LN dalam populasi
tersebut?
Penyelesaian:
p= frekuensi alel LM
q= frekuensi alel LN
hukum Hardy-Weinberg
p2 (LM LM)+ 2pq (LM LN) + q2 (LN LN)
q2= N/JUMLAH = 40/1000 = 0,04 q= √0,04 = 0,2
p + q = 1 p= 1- q = 1- 0,2 p= 0,8
jadi frekuensi alel LM = 0,8
frekuensi alel LN = 0,2
Misalnya diketahui dalam frekuansi alel L^Mpada penduduk WNA cina di
jakarta raya adalah 0,3. Jika saudara mengumpulkan 2000 orang WNA cina
itu, beberapa diantara mereka diharapkan bergolongan darah MN. Berapa M
dan berapa N?
Penyelesaikan andaikan p = frekuansi untuk alel L^M, q = frekuansi untuk
alel L^N, menurut hukum Hardy-Weinberg :
p^2 A L^M L^M+ 2pq L^M L^N + q^2 L^N L^N
Diketahui bahwa p = LM = 0,3. Berarti q = 1- p= 0,7
2pq = 2(0,3)(0,7) = 0,42
Jadi, diantara 2000 orang WNA itu:
Yang bergolongan darah MN = 0,42 x 2000 = 840 orang
Yang bergolongan darah Mn = (0,3)2 x 2000= 180 orang
Yang bergolongan darah N = (0,7)2 x 2000= 980 orang
Menghitung frekuensi gen jika ada dominansi
Contoh:
Dari 2500 mahasiswa suku batak yang mengikuti kuliah disumatera utara
pada waktu dilakukan tes phenil thiocarbamida (PTC) didapatkan misal
2139 orang pengecap (“taster”).
Berapakah frekuensi alel T dan t masing-masing pada populasi mahasiswa
itu?
Berapakah di antara mahasiswa pengecap itu diharapkan homozigotik?
Penyelesaian:
Dari 2500 mahasiswa yang diteliti terdapat 2139 orang pengecap PTC,
artinya dapat merasakan rasa pahit. Mereka itu homozigotik TT atau
heterozigotik Tt. Sisanya, 361 orang buta kecap (“nontaster”). Berarti
mereka merasakan larutan PTC seperti larutan air tawar saja. Mereka
homozigotik resesif tt.
Andai kata p= frekuensi untuk alel T
q= frekuensi untuk alel t
menurut hukum Hardy-Weinberg:
p2 TT+ 2pq Tt + q2 tt
q2= N/JUMLAH = 361/2500 = 0,1444 q= √0,1444 = 0,38
p + q = 1 p= 1- q = 1- 0,38 p= 0,62
jadi frekuensi alel T = p = 0,62
frekuensi alel t = q = 0,38
Mahasiswa yang pengecap homozigotik = (0,62)2 x 2500 orang
= 961 0rang.
Menghitung frekuensi alel ganda
Persamaan (p + q )= 1 seperti yang digunakan pada contoh-contoh yang ada
hanya berlaku apabila terdapat dua alel pada suatu lokus dalam autosom.
Apabila lebih banyak alel ikut mengambil peranan, maka dalam persamaan
harus ditambah lebih banyak simbol. Misalnya pada golongan darah sistem
ABO dikenal 3 alel , yaitu IA, IB, dan i. Andaikan p menyatakan
frekuensi alel IA, q untuk frekuensi alel IB dan r untuk frekuensi alel
i. Maka persamaannya menjadi (p + q + r)= 1. Berhubung dengan itu hukum
Hardy-Weinberg untuk golongan darah ABO berbentuk sebagai berikut:
p2 IA IA + 2pr IA i + q2 IB IB + 2qr IB i + 2pq IA IB + r2 ii
contoh:
1. Misalnya 1000 orang penduduk asli irian jaya diperiksa golongan
darahnya menurut sistem ABO dan didapatkan 320 orang golongan A, 150
orang B, 40 orang AB, dan a
Berapakah frekuensi alel IA, IB, dan i masing-masing pada populasi itu?
Dari 320 orang bergolongan darah A, berapakah diperkirakan homozigotik
IA IA?
Dari 150 orang bergolongan darah B, berapakah diperkirakan
heterozigotik IB i?
Penyelesaian: Andaikan P = frekuensi untuk alel I^A, q = frekuensi
untuk alel I^B , r = frekuensi untuk alel i menurut hukum Hardy-Weinberg
:
P^2 I^A I^A + 2prI^A i + q^2 I^B I^B +2qr I^B i + 2pqIA IB + r2 ii
r2 = frekuensi golongan O = 490/1000 = 0,49
r = √0,49 = 0,7
(p + r)2 = frekuensi golongan A + golongan O
= (320+490)/1000 = 0,81
(p + r) = √0,81 = 0,9
p= 0,9 – 0,7 = 0,2
oleh karena (p + q + r) =1
maka q=1 – (p + r) =1- (0,2 + 0,7)
q = 0,1
Jadi:
frekuensi alel IA = p = 0,2
frekuensi alel IB = q = 0,1
frekuensi alel i = r = 0,7
Frekuensi genotipe IA IA = p2=(0,2)2= 0,04
Jadi dari 320 orang bergolongan A yang diperkirakan homozigotik IA IA
= 0,04 x 1000 orang
= 40 0rang
c). Frekuensi genotif IB i = 2qr = 2(0,1 x 0,7)
= 0,14
Jadi dari 150 orang bergolongan B yang diperkirakan heterozigotik IB i
= 0,14 x 1000 orang
= 140 0rang
Frekuensi alel untuk golongan darah sistem ABO, MN, dan Rh pada
penduduk negro di USA telah diketahui, misalnya:
Frekuensi alel i = 0,78
Frekuensi alel LM = 0,45
Frekuensi alel R = 0,60
berapa % dalam populasi itu diduga mempunyai golongan darah
O, Rh-
O, MN
O, MN, Rh +
Penyelesaian:
Diketahui r = 0,78, r2 =(0,78)2 = 0,61
Frekuensi genotif ii (yaitu golongan O) = r2 = 0,61
Diketahui frekuensi alel R = 0,60
Jadi frekuensi alel r = 1- 0,60 = 0,40
Frekuensi genotipe rr (yaitu golongan Rh-) =(0,40)2 = 0,16
Frekuensi golongan O, Rh- = (0,61) (0,16) = 0.0976
Jadi di dalam populasi itu di duga 9,76% mempunyai golongan darah O,
Rh-.
Diketahui frekuensi alel LM = p =0,45
Frekuensi alel LN = q = 1 – P = 1 – 0,45 = 0,55
Frekuensi genotipe LM LN = 2pq = 2 (0,45)(0,55) = 0,50
Frekuensi golongan O, MN = (0,61)(0,50) = 0,3050
Jadi dalam populasi itu diduga 30,50% mempunyai golongan darah O, MN.
Frekuensi genotipe RR = (0,60)2 = 0,36
Frekuensi genotipe Rr = 2pq = 2(0,60)(0,40) = 0,48
Frekuensi golongan Rh+ = 0,36 + 0,48 = 0,84
Frekuensi golongan O, MN, Rh + = (0,61)(0,50)(0,84) = 0,26
Jadi dalam populasi itu 26% diduga mempunyai golongan darah O, MN, Rh +
Menghitung frekuensi gen terangkai-X
Yang dijelaskan sebelumnya adalah cara menghitung frekuensi gen yang
mempunyai lokus pada autosom. Akan tetapi disamping autosom terdapat
pulo kromosom-X. Karena laki-laki hanya mempunyai sebuah kromosom-X
saja. Maka ia tidak dapat menunjukkan distribusi binomium untuk
kombinasi secara random dari sepasang gen terangkai-X seperti halnya
pada perempuan. Distribusi ekuilibrium dari genotipe-genotipe untuk
sifat terangkai kelamin, dimana p + q = 1 adalah
Untuk laki-laki = p + q .karena genotipenya A- dan a-
Untuk perempuan = p2 + 2pq + q2. Genotipenya AA, Aa, aa
Contoh:
Penyakit buta warna merah hijau disebabkan oleh gen resesif c yang
terangkai pada kromosom –X. Dengan demikian maka perempuan yang
mempunyai genotipe CC dan Cc adalah normal, sedangkan cc buta warna.
Laki-laki normal mempunyai genotipe C-, sedangkan c- buta warna.
Misalkan: p = frekuensi untuk gen dominan C
q = frekuensi untuk gen resesif c
misalnya 8% dari laki-laki diduatu daerah menderita penyakit buta warna
merah hijau, berapakah:
Frekuensi dari perempuan di daerah itu yang diduga buta warna?
Frekuensi dari perempuan di daerah itu yang disuga normal?
Penyelesaian:
Menurut hukum Hardy-Weinberg yang berlaku untuk menghitung frekuensi
gen yang terangkai pada kromosom-X maka:
Frekuensi gen c = q = 0,08
Frekuensi gen C = p = 1- 0,08 = 0,92
Frekuensi dari perempuan di daerah itu yang diduga buta warna (cc) = q2
= (0,08)2 = 0,0064
Frekuensi dari perempuan di daerah itu yang diduga normal (CC dan Cc) =
p2 + 2pq = (0,92)2 + 2(0.92)(0,08) = 0,9936
Beberapa faktor yang mempengaruhi frekuensi gen:
Mekanisme pemisahan
Setiap mekanisme yang menghalang-halangi penukaran gen dinamakan
mekanisme pemisah. Mekanisme pemisah ini di dapat berupa:
a). Letak geografis atau fisis, seperti jarak yang berjauhan atau
terpisahnya populasi oleh samudra atau pegunungan.
b). Mekanisme lain macam yang menghalangi penukaran gen antara populasi
dalam daerah yang sama.
Bercampurnya gen-gen dari populasi lain dapat menyebabkan bahwa
frekuensi gen dalam sutu populasi dapat berubah. Kenyataan ini dapat
dilihat dari data persentase banyaknya pengecap (“taster”) PTC pada
berbagai populasi manusia (Tabel 11.1). perhatikan saja bahwa frekuensi
gen T pada populasi eskimo campuran lebih tinggi dari pada yang tak
campuran. Rendahnya frekuensi gen T pada orang kulit hitam amerika
dibandingkan dengan kulit hitam afrika pun disebabkan karena pada kulit
hitam amerika terdapat campuran.
Tabel 11-1. Persentase pengecap PTC pada berbagai populasi manusia
Populasi Tempat Besar sampel Persentase pengecap Frekuensi gen
T I
Eskimo (tak campur)
Arab
Amerika, kulit putih
Eskimo ( campur)
Amerika kulit hitam
Amerika kulit hitam
Afrika hitam
Afrika hitam
Indian navaho
Labrator dan
Baffin
Siria
Montana
Lambrador dan
Baffin
Alabama
Ohio
Sudan
Kenya
New mexico
130
400
291
49
533
3156
805
110
269
59,2
63,5
64,6
69,4
76,5
90,8
95,8
91,9
98,2
0,36 0,64
0,40 0,60
0,41 0,59
0,45 0,55
0,52 0,48
0,70 0,30
0,80 0,20
0,72 0,28
0,87 0,13
Demikian pula jika kita perhatikan dengan adanya perbedaan frekuensi gen
untuk tiga macam golongan darah pada populasi tertentu (Tabel 11-2) .
Tabel 11-12. Frekuenai gen untuk tiga macam golongan darah bagi beberapa
populasi.
Populasi I^A I^B i D d M N
Kulit putih USA 0,28 0,08 0,64 0,61 0,39 0,54 0,46
Mahasiswa USA 0,26 0,07 0,67 0,65 0,35 - -
Kulit hitam USA 0,17 0,14 0,69 0,71 0,29 0,46 0,52
Afrika barat 0,18 0,16 0,66 0,74 0,26 0,51 0,49
Indian amerika 0,10 0,00 0,90 1,00 0,00 0,76 0,24
Mutasi
Pada dasar nya mutasi adalah perubahan dalam genotip suatu individu yang
terjadi secara tiba-tiba dan secara random. Perubahan ini sebenarnya
menyangkut perubahan yang terjadi pada bahan genetik, akan tetapi
biasanya perubahan karena aberasi kromosom pun diikuitsertakan.
Jika misalnya gen T mengalami mutasi menjadi t, maka prekuensi relatif
dari dua alel berubah, dan apabila mutasi T → t berlangsung berulang
kali, maka T dapat hilang dari populasi. Akan tetapi mutasi kembali (“
back mutation”), yaitu T ← t memperlambat hilangnya T dari populasi.
Ukuran mutasi T → t pada umumnya tidak sama dengan ukuran perubahan T ←
t. Hubungan kedua perubahan itu dapat digambarkan sebagai berikut :
u
T
t
v
u = ukuran mutasi T →t, sedangkan v = ukuran mutasi kembali T ←t. pada
umumnya u > V, jadi u = v.
Seleksi
Untuk mempunyai gambaran bagaimana seleksi mempengaruhi sifat-sifat
genetik suatu populasi dapat diikuti contoh di bawah ini. Misalnya kita
mulai dengan suatu populasi yang mengadakan perkawinan secara random.
Dalam populasi ini 50% dari individu mamiliki sifat reseseif. Distribusi
fenotif, genotif, dan frekuansi gen adalah sbb.
Fenotip AA dan Aa aa
Frekuansi fenotip 0,5 0,5
Genotip AA Aa aa
Frekuansi genotip (kira-kira) 0,09 0,42 0,5
Andaikan: p = frekuansi gen A
q = frekuensi gen a
maka q^2=0,5 sehingga q= √0,5= ±0,7
p=1-q=1-0,7=0,2
Misalkan sekarang individu-individu dari genotip aa tidak dapat
memperbanyak diri di dalam lingkungan tertentu, maka populasi yang dapat
memperbanyak diri terdiri dari dua genotip saja yaitu AA dan Aa.
Genotip itu terdapat dalam perbandingan 0,09 AA : Aa. Frekuensi di dalam
populasi yang dapat mempernbanyak diri ialah:
Untuk AA = 0,09/(0,09 +0,42 )= 0, 18
Untuk Aa = 0,42/(0,09 +0,42)=0,82
Apabila individu-individu dengan genotip itu kawin dan menjadi induk
untuk generasi berikutnya, maka distribusinya adalah sebagai berikut:
Frekuensi keturunan
Perkawinan
Frekuensi AA Aa aa
AA × AA (0,18)2 = 0,03 0,03
AA × Aa 2(0,18) (0,82) = 0,30 0,15 0,15
Aa × Aa (0,82)2 = 0,67
0,17
0,34
0,17
Jumlah = 1,00 0,35 0,49 0,17
Dapat dilihat bahwa generasi baru ini mendekati lagi distribusi genotip
secara binomial seolah-olah genotip-genotip itu dalam keadaan
equilibrium (seimbang) dengan perkawinan secara random. Sesungguhnya
terdapat perubahan fundamental di dalam populasi ini, yaitu frekuensinya
dari alel a berkurang 0,7 dalam generasi sebelumnya menjadi ± 0,4 dalam
generasi ini (keterangan: q2 = 0,17, sehingga q = √0,17=0,4123)
sedangkan frekuensi A bertambah dari 0,3 dalam generasi sebelumnya
menjadi ± 0,6 dalam generasi ini (keterangan: p = 1- q = 1 – 0,4 = 0,6)
frekuensi penotipnya pun mengalami perubahan.
Random genetic drift
Genetic drift adalah perubahan frekuensi gen dalam populasi. dari
generasi kegenerasi jumlah individu yang memiliki alel tertentu, baik
dalam keadaan homozigotik atau heterozigotik yang agak menyimpang.
Sehingga frekuensi gen naik turun luas frekuensi dari frekuensi gen ini ”
random genetic drift” yang disebabkan karena tingkah dari kemungkinan
perkawinan dan atas kenyataan bahwa walaupun p = q = 0,5, perbandingan
teoretis 3:1, 1:1, 1:2.1 tidak selalu didapatkan. Misalnya kita
mempunyai pasangan alel A dan a. Keturuna F1 diharapkan memperhatikan
perbandingan genotip 1 AA : 2 Aa : 1 aa. Keturunan F2 didapatkan dari
perkawinan individu kemungkinan dari tiap perkawinna F1 sbb:
Perkawinan
F1 Kemungkinan
perkawinan Nilai p dan q dalam populasi yang kawin Keturunan
(F2)
p q
aa x aa ¼ x ¼ = 1/16 0 1 Semua aa
Aa x aa 2(2/4 x ¼) = 4/16 0,75 0,75 1 AA : 1 aa
Aa x Aa 2/4 x 2/4 = 4/16 0,5 0,5 1 AA : 2Aa : 1aa
AA x aa 2(1/4 x 1/4) = 2/16 0,5 0,5 Semua Aa
AA x Aa 2(1/4 x 1/4) = 4/16 0,25 0,25 1 AA : 1 Aa
AA x AA
1/4 x 1/4 = 4/16 0 0 Semua AA
Misalkan dalam populasi yang besar, p = 0,4 dari q = 0,6 deviasi yang
diharapkan terjadi dapat dihitung dengan standar deviasi (s) , yaitu:
S = √pq/n
Dimana n adalah jumlah observasi. Akan tetapi bila frekuensi gen
dihitung dari frekuensifenotip homozigotiknresesif, maka formula untuk
standar deviasi menjadi :
S = √pq/2N
Diman N adalah jumlah individu diploid dalam sampel.
Misalanya dalam pupulasi yang besar diambil sampel 50.000 orang. S =
√0,24/10.000 = 0, 00155 ini berarti bahwa dalam setiap sampel dari
50.000 individu populasi dengan p = 0,4 q = 0,6, maka 68% p akan
terletak antara 0,4 kurang lebih 0,0031 = 0, 39 sampai 0,4031.
Terbentuknya populasi baru karena ada pemindahan suatu sampel individu
(migrasi) juga mengakibatkan perubahan frekuensi gen suatu kasus
“genetic drift” dilaporkan dari sekelompok orang yang taat pada agama
Pennsylvania. USA mereka itu migrasi dari jerman ke Amerika dalam
permukaan abat ke18 dan bertempat tinggal menyendiri frekuensi golongan
darah A dalam kelompok kecil ialah hampir 0,6 sedangkan dalam populasi
orang jerman adalah 0,40 dan orang amerika adalah 0,45, frekuensi alel
IB hampit tidak ada sedangkan orang golongan B di Jerman 10% dan di
Amerika 15%.
Inbreeding
Inbreeding adalah perkawinan dua individu yang memiliki hubungan
keluarga dekat. Lawannya disebut “out breeding”. Inbreeding disebut juga
penangkaran kandang dan “out breeding” disebut juga penangkaran baur.
Sebuah contoh yang menyangkut populasi kecil dari dua keluarga tikus
dapat menunjukkan pengaruh dari sistem perkawinan tertentu pada
frekuensi alel (tabel 11-3). Pada keluarga 1, satu induk adalah putih
(cc) dan induk lainnya adalah hitam (CC). Keturunanya adalah empat
betina dan empat jantan, semuanya hitam heterozigotik (Cc). Dalam
keluarga dua, kedua induk dan delapan keturunan (empat betina dan empat
jantan) adalah hitam.
Tabel 11-3. Distribusi alel yang dapat diharapkan dalam keluarga tikus
normal dari galur yang sama melalui inbreeding dan “out breeding”
Inbreeding
keluarga perkawinan keturunan
1 Cc x Cc 1CC 2Cc 1cc
1 Cc x Cc 1CC 2Cc 1cc
11 CC x CC 4CC
11 CC x CC 4CC
Jumlah genotif 10CC 4Cc 2cc
“Out breeding” 1 x 11 Cc x CC 2CC 2Cc
1 x 11 Cc x CC 2CC 2Cc
11 x 1 CC x Cc 2CC 2Cc
11 x 1 CC x Cc 2CC 2Cc
Jumlah genotif 8CC 8Cc 0cc
Homozigotik (CC) apabila hanya F1 dari dua keluarga itu dipertimbangkan
sebagai populasi, maka dapat 8c dan 24 C. Jika populasi dipertimbangkan,
maka pertimbangan alel c dan C yang sama dipertahankan, biarpun
inbreeding dan “out breeding” alel alel. Populasi dengan frekuensi alel A
= 0,9 dan a = 0,1 akan mempertahankan frekuensi-frekuensi, apakah
individu-individu yang dikawinkan itu mempunyai hubungan keluarga dekat
ataukah tidak. Jika gen C dan c masing-masing pada jumlah genotif itu
dijumlahkan, maka di inbreeding di dapatkan adalah 24C dan 8c. Demikian
pula pada “out breeding” ini memberikan petunjuk bahwa karena terjadinya
inbreeding, frekuensi gen akan tetap, artinya tidak berpengaruh.
Perbedaan yang nyata antara inbreeding dan “out breeding” ialah bahwa
lebih banyak alel resesif memperlihatkan eksperesinya bila perkawinan
nya langsung antara individu-individu yang mempunyai hubungan
keluarga.walaupun jumlah frekuensi alel dalam keadaan tetap, namun
proporsi dan fenotifnya berbeda. Lihat saja pada contoh itu, dua dari 16
keturunan pada waktu terjadi inbreeding memperlihatkan ekspresinya
sifat (putihn) yang ditentukan oleh alel resesip, tetapi tidak ada satu
keturunan pun dari “out breeding” yang putih.juga lebih banyak individu
homozigonetik dominan (CC) dihasilkan dari inbreeding.
Inbreeding yang jelas dapat dilihat dari tumbuh-tumbuhan yang mengadakan
penyerbukan sendiri seperti pada ercis (pisum sativum). Dan kacang
merah (phaseolus vulgaris).
Dalam tahun 1903 johannsen melihat adanya keseragaman yang di
perlihatkan oleh tumbuh-tumbuhan yang menyerbuk sendiri dan hidup dalam
lingkungan yang sama.
Terjadinya galur murni
Johannsen berpendapat bahwa tumbuh-tumbuhan tersebut merupakan suatu
galur murni, yaitu suatu populasi yang membiak murni, tanpa timbul
variasi genetik.
Terjadinya galur murni di dalam alam dan akibat adanya inbreeding dapat
diikuti pada tanaman ercis yang dapat menyerbuk sendiri. Pada tanaman
ini terdapat sifat keturunan batang tinggi yang ditentukan oleh gen yang
dominan T sedangkan alelnya resesif t menentukan pendek. Jika kita pada
permulaan mempunyai tanaman berbatang tinggi heterozigotik (Tt) maka
dalam generasi pertama perbandingan dalam populasi menjadi ¼ TT: ½ Tt: ¼
tt. Ini berarti individu heterozigotik hanya berjumlah 50% dari
populasi.
Terbentuknya homozigotet dengan derajat inbreeding berbeda
Wright telah menemukan koefisien inbreeding (disebut juga F) yang
dapat mengukur berkurangnya sifat heterozigotik karena adanya
inbreeding.
Hasil inbreeding dinamakan inbred. Individu inbred rata-rata lebih
banyak bersifat homozigotik, karena ia menerima gen identik dari tiap
orangtua nya. Sedangkan tiap orangtua itu menerima gen tersebut dari
nenek moyang yang bersamaan.
Ambillah sebagai contoh dua alel a1 dan a2 dalam proporsi
(perbandingan) p1dan p2. Oleh karena frekuensi relatif dari dua alel itu
adalah p1 dan p2. Maka kemungkinannya untuk menjadi a1/a1 adalah p1F,
sedang untuk menjadi a2a2 adalah p2F. Akan tetapi individu juga
mempunyai kemungkinan 1-F bahwa kedua gen itu tidak berasal dari gen
yang sama dalam bentuk nenek moyang yang bersamaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar