budi daya ayam kampung
A. RINGKASAN EKSEKUTIF
Budidaya ayam kampung sangatlah menjanjikan dengan melihat tingkat harga pasar
yang tinggi dibandingkan dengan ayam ras broiler. Sebagai acuan, Di kawasan
Blitar pada tahun yang 2009, harga ayam kampung hidup bobot 7-8 ons mencapai Rp
20.000,- Hampir sama dengan bobot karkas ayam broiler per satu kilogram
(Trobos, 2009).
Acuan ini akan memberikan imbalan berupa keuntungan yang sangat menggiurkan
yaitu sebesar Rp 1.879.000,- dalam jumlah pemeliharaan 400 ekor saja.
Pemeliharaan yang relatif rendah yaitu 2 bulan dibandingkan dengan peternak
lain yang bisa mencapai 3 bulan pemeliharaan dalam bobot yang sama.
Keunggulan produk dibandingkan dengan produk lainnya adalah umru pemeliharaan
yang pendek menjadikan daging ayam kampung lebih empuk, pemberian ramuan herbal
akan meningkatkan cita rasa khas ayam kampung, kadar lemak yang rendah, dan
harga yang bersaing.
B. PELUANG DAN ANCAMAN
Pelaksanaan Praktek Usaha Peternakan dengan judul “Usaha Penggemukan Ayam
Kampung” bertempat di RT 03 RW 01, Desa Jajar, Kecamatan Talun, Kabupaten
Blitar dengan waktu usaha dimulai pada bulan September sampai dengan November
2010 dengan jumlah 400 ekor dibagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama dipelihara
200 ekor yang direncanakan datang pada tanggl 5 September dan tahap kedua yaitu
200 ekor yang direncanakan datang pada tanggal 5 Oktober 2010.
Perencanaan usaha ini memiliki ruang lingkup lokal, namun diharapkan nantinya
bisa merambah antar pulau bahkan cita-cita dalam kelompok PUP ini bisa layak
eksport. Namun, untuk target awal, produk ini memiliki skala lokal yaitu
kawasan Blitar dan sekitarnya.
Kelompok memiliki sebuah gambaran bahwa produk yang dihasilkan yaitu memiliki
kualifikasi antara lain, memiliki kadar lemak rendah, daging lebih empuk karena
dipelihara dalam jangka waktu yang pendek yaitu 2 bulan pemeliharaan, kualitasa
daging yang tidak diragukan lagi kehalalannya, dipelihara dengan penambahan
ramuan herbal yang bisa menambah cita rasa daging ayam kampung.
Beberapa harapan bagi investor yaitu pemberian modal tambahan serta
pendampingan selama kegiatan usaha. Sedangkan bagi mitra kerja, mampu
melaksanakan perjanjian dengan sebaik-baiknya. Keuntungan yang menggiurkan
dalam bisnis ini merupakan sebuah tawaran berharga bagi calon investor dan
mitra kerja, selain itu beberapa hal yang telah tertulis pada paragraf
sebelumnya.
C. PRODUK/JASA YANG DIBERIKAN/DIRENCANAKAN
Adapun produk yang direncanakan adalah budidaya ayam kampung hingga umur 2
bulan pemeliharaan. Maksud dan tujuan dalam pemeliharaan tersebut antara lain
yaitu Praktek Usaha Peternakan ( PUP ) diselenggarakan dalam rangka untuk
melatih mahasiswa agar mampu menerapkan /mengaplikasikan secara langsung
seluruh Aspek yang terkait dalam sebuah usaha peternakan mulai dari aspek
manajerial (perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi hingga
pemasaran), aspek teknis dan aspek finansial.
Kelompok PUP ini lahir karena ingin menjawab sebuah tantangan yang memberikan
tudingan bahwa “ayam kampung tidak layak dikembangkan karena tidak
menguntungkan dan tidak bisa berkembang”. Demikianlah latar belakang dari
kelompok PUP ini.
Keunggulan produk dibandingkan dengan produk lainnya adalah umru pemeliharaan
yang pendek menjadikan daging ayam kampung lebih empuk, pemberian ramuan herbal
akan meningkatkan cita rasa khas ayam kampung, kadar lemak yang rendah, dan
harga yang bersaing.
Pemilihan budidaya ayam kampung sebagai kegiatan PUP dimaksudkan, ketersediaan
kandang dan sarana prasarana kandang yang telah ada dan representatif semakin
memperkuat tujuan dalam pengembangan usaha ayam kampung. Permintaan pasar yang
tinggi dan seringkali kekurangan merupakan pendorong usaha dalam segi yang
lain.
Target pemasaran yang direncanakan adalah kepada pedagang pengepul, rumah makan
yang ada di kawasan Blitar dengan melakukan kerjasama dengan pemilik mesin
pencabut bulu.
D. ANALISIS KONDISI PASAR
Pemilihan budidaya ayam kampung pedaging dengan alasan bahwa ayam kampung yang
memiliki cita rasa dan segmentasi pasar yang jelas Bahkan, permintaan cenderung
kekurangan. Hal itu menunjukkan bahwa ayam kampung layak untuk dijadikan
komoditi lokal dengan nilai ekonomis yang tinggi (Poultry, 2008).
Ayam kampung banyak diusahakan oleh masyarakat pedesaan sebagai tabungan.
Tetapi jenis unggas ini tidak terlalu banyak di pasaran. Sehingga harga jual
dan harga belinya menjadi sangat tinggi. Satu kilo daging ayam kampung di
Sumenep Madura per Agustus 2009 bisa mencapai Rp 50.000,- Memang demikian data
ini tidak up to date. Namun hal itu sangatlah fantastis untuk sebuah usaha. Di
kawasan Blitar pada tahun yang sama, harga ayam kampung hidup bobot 7-8 ons
mencapai Rp 20.000,- Hampir sama dengan bobot karkas ayam broiler per satu
kilogram (Trobos, 2009).
Selanjutnya menurut Trobos (2009), disamping ayam kampung memiliki harga jual
daging yang tinggi, unggas ini tahan terhadap serangan penyakit. Daya hidup
ayam kampung bisa mencapai 95-98% tanpa vaksinasi. Bandingkan dengan ayam
broiler yang dalam kehidupannya, paling sedikit mengalami 3-4 kali vaksinasi.
Ayam kampung sangatlah tahan dengan kondisi cuaca dan pakan yang kurang baik.
Adaptasi terhadap lingkungan pada ayam kampung telah teruji. Mulai dari nenek
moyang hingga kini, ayam kampung tetap ada meskipun dihantam oleh kasus flu
burung sejak tahun 2005 silam.
Pengembangan ayam kampung yang banyak dipelihara masyarakat – meskipun belum
secara intensif – sedikit banyak akan memberikan nilai tambah bagi masyarakat.
Masyarakat pun juga bisa ikut didorong untuk memajukan ayam kampung sebagai
usaha yang menjanjikan dan bernilai ekonomis tinggi.
Kecenderungan konsumen yang mulai beralih pada hal organik bisa menjadi sebuah
peluang dan celah dalam bisnis ayam kampung ini. Masyarakat kini lebih memilih
kualitas dan citarasa dibandingkan kuantitas tanpa cita rasa tinggi.
Dibandingkan dengan ayam ras, ayam kampung telah dikenal memiliki cita rasa
khas dan kualitas tekstur daging yang berbeda. Sehingga masyarakat lebih meilih
jenis ayam kampung dari pada ayam ras terlebih jika bisa memberikan harga yang
sebanding.
Kompetitor terbuka yaitu ayam ras pedaging, sedangkan kompetitor tertutup yaitu
daging-daging lain seperti bebek, puyuh, dan entok. Namun, dengan adanya
kompetitor tersebut semakin membuat daya kreatifitas.
Budaya masyarakat Blitar khususnya dan Indonesia pada umumnya, sebelum ayam ras
pedaging datang ke Indonesia, ayam kampung menjadi sebuah keunggulan dan kini
mulai punah seiring dengan tidak lagi menjadi fokus pemeliharaan di lingkungan
pertanian yang mulai beralih pada kambing dan sapi.
Teknologi yang digunakan yaitu dengan formulasi pakan dengan bekatul
fermentasi, hal ini akan menurunkan biaya produksi, namun tidak akan mengurangi
kualitas daging bahkan akan meningkatkan kualitasnya dengan adanya enzim pitase
yang dihasilkan dalam proses fermentasi tersebut.
tolong jelaskan perbedaan ayam kampung dengan ayam jenis lainnya..
BalasHapus